Keringatnya meleleh seperti yang kulihat sekarang. Bokep Mom Aku terpejam menahan air mani yang sudah di ujung. Kesempatan tidak akan datang dua kali. Si Junior sudah mengeras. Dari iramanya bukan sedang berjalan. Benarkan kesempatan itu lewat. Kulihat di bawahku ada kain, ya seperti saputangan.“Itu kali Mbak,” kataku datar dan tanpa tekanan.Ia berjongkok persis di depanku, seperti ketika ia membersihkan paha bagian bawah. Aku mengurungkan niatku. Makin lama suara sepatu itu seperti mengutukku bukan berbunyi pletak pelok lagi, tapi bodoh, bodoh, bodoh sampai suara itu hilang.Aku hanya mendengus. Aku harus memulai. Sial. Si Junior melemah. Lalu vaginanya, basah sekali. Sampai ia selesai mengelap bagian belakang pahaku dan berdiri. Kemudian menyerahkan celana pantai.“Mbak Hawin, pasien menunggu,” katanya.Majalah lagi, ah tidak aku harus bicara padanya. Ke bawah lagi: Tidak. Alamak.., jauhnya. Baru saja aku memasang ikat pinggang, Hawin menghampiriku sambil berkata, “Telepon aku ya..!”Ia menyerahkan nomor telepon di atas kertas putih yang disobek sekenanya.
