Setelah pintu kukunci, aku cuma bersandar saja di pintu dengan perasaan gembira. Anaknya cakep juga, masih kuliah, umurnya 21 tahun. Bokep Asia Ahh.., aku benar-benar merasa serba salah waktu itu, dan mereka tidak mengacuhkanku sama sekali. “Ihh.., hmmh.., hh.., ihh..”, Mas Zani terus mendesah sementara Yeyen mulai menciumi perutnya, lalu pusarnya, sesekali Mas Zani berteriak kecil kegelian. Keluarganya sudah sangat akrab dengan keluargaku, sudah seperti satu keluarga sejak aku lahir. Setelah selesai menyetel VCD-nya sampai 45 menit non-stop, Aku matikan TV dan playernya. Tidak berapa lama kemudian, Mas Zani berhenti lalu bertanya, “Yen, boleh sekarang?” Sambil tetap merem, Yeyen cuma tersenyum dan mengangguk. “Nylupp!”, Kemaluan Mas Zani langsung dikulum oleh Yeyen. Yeyen, Lenny, dan aku yang belum bisa berenang cuma berputar-putar saja di pinggiran, sedangkan Mas Zani berkelana ke sana ke mari dengan bebasnya. “Tidak pa-pa kok, ntar kita bisa pinjam celana renang di sana..”. Cuma yang lebih disayangkan lagi Lenny seorang perokok berat dan hari itu dia sedang sakit tenggorokan.




















