“Daripada pakai tangan, pakai ini aja Mbak…”, pintaku seraya memegang batang penisku. “Baru mbak, antar makanan buatan Rina”, jawabku sambil melihat dengan jelas buah dada besarnya yang no-bra itu. Bokeb Sayang waktu itu ada istriku sehingga aku berlagak buang muka. Akhirnya tubuh impianku itu kunikmati juga. “Besar banget punya kamu Farhan”, serunya. “Gila kamu, jangan kurang ajar”, sergahnya ketika aku mendekati tubuh bugilnya. Kini pantat bahenolnya terpampang di hadapanku, pantat yang selama ini aku impikan itu akhirnya bisa kuraih dan kuremas-remas. Setiap ada kesempatan, kami berdua mengulanginya lagi, tidak hanya di rumahnya, tapi juga di rumahku dan kadang2x untuk selingan kami janjian di luar rumah, main di mobil, pokoknya seruuuu. Dia pun tertawa lepas. Mbak Ery hanya bersumpah serapah, namun tubuhnya seperti pasrah.




















