Sedang aku terlalu sering ngomel dan menuntut isteri dengan sesuatu yang ia tak dapat melakukannya. Bokep Crot berember-ember. Perih nian rasanya hati ini, kenapa baru sekarang sadar bahwa aku tak pernah memperhatikan isteriku. Berangkat sendiri saja ya?” ucapku. Abi belum bisa sabar seperti Rasul. Ucap isteriku kalem.“Iya. “Ini dia mujahidah (*) ku!” pekik hatiku. Ummi kan muntah-muntah terus, ini badan rasanya tak bertenaga sama sekali,” ucap isteriku diselingi isak tangis. Diam-diam hatiku kembali dirayapi perasaan berdosa karena selama ini kurang memperhatikan isteri.Ya, aku baru sadar, bahwa semenjak menikah belum pernah membelikan sepotong baju pun untuknya. “Ah…wanita gampang sekali untuk menangis,” batinku. Kalau yang lain memakai baju berbunga cerah indah, ia hanya memakai baju warna gelap yang sudah lusuh pula warnanya. Katanya mau jadi isteri shalihah? Katanya mau kayak Rasul? Selalu saja, kalau tak keasinan, kemanisan, kalau tak keaseman, ya kepedesan!” Ya, aku tak bisa menahan emosi untuk tak menggerutu.“Sabar Bi, Rasulullah juga sabar terhadap masakan Aisyah dan Khodijah. Tapi Abi kan manusia biasa. Duh, betapa tidak gemas, dalam




















