putri77.org Buru-buru aku cegah.“Duduknya jangan gitu dong…”“Ih, kamu tuh ya…macem-macem banget. Warna kulitnya putih, tapi cenderung kemerahan. Bokeb memiawnya berbau segar, tanda bahwa memiaw ini sangat terawat. Aku gak bisa ngelarang.”“Aku numpang pipis dulu ya.”Rika menuju kamar mandi di sebelah kamarku.“Iya.”Tepat saatRika masuk kamar mandi, sambil berjingkat Linda keluar dari kamarku.Aku terkejut, dan segera menyuruhnya masuk lagi, karena takut ketahuan. Tak terasa, aku mulai horny lagi. Aku pun terperangah. Kemudian secara spontan Linda menjilat tongkolku yang sudah bene-bener sewarna kepiting rebus dan sekeras kayu. “Nih liat ya….”Clep…dijilatnya telapak tangan yang penuh pejuhku…“MMmmmm….slrrpppp….glek….aachhhh….” Linda nampak puas menikmati pejuh ditangannya.“Hari ini kenyang sekali aku…sarapan pejuh kamu duakali..hihihihi…”Linda tertawa geli.“Tuh…masih ada sisanya ditangan.Mbelum bersih.” Sahutku.“Tenang, nDrew..sisanya buat…ini.” Sambil berkata begitu, Linda mengambil sebagian pejuhku dan mengusapkannya diwajahnya.“Bagus lho buat wajah…biar tetep mulus…”sahut Linda sambil mengerling genit.“Astagaaaa….kamu tuh, Lin…diem-diem ternyata…”kataku terkejut.“Kenapa…? Kemudian secara spontan Linda menjilat tongkolku yang sudah bene-bener sewarna kepiting rebus dan sekeras kayu. Pantas saja mereka sudah berangkat. “Biarin aja si Rika…paling dia juga udah basah.”“Enak aja kamu




















