Saya nggak bisa apaapa karena masih lemas. Bokep Crot Juragan membawa saya naik tangga di samping toko, masuk ke rumahnya. Uwahh!! Mungkin karena itu juga Juragan selalu minta saya pakai pakaian dan riasan penari lengkap tiap kali beliau nanggap sayaYah, saya juga ikut senang kalau bisa bikin Juragan senang. Pastinya ada yang melihat dan membantu saya, soalnya saya siuman di rumah sakit. Tapi saya terus melacur walaupun perut saya membesar. Kulit tangan Juragan bersentuhan dengan kulit paha saya, dan saya makin degdegan. Kepalanya hampir botak, rambutnya tipis beruban, kumis dan jenggotnya jarangjarang. Nggak susah kok, cuma bibir ketemu bibir.Eh kalau cium bibir saya belum pernah, Juragan palingpaling cium pipi, cium tanganYa udah, nggak apaapa! Setelah cukup lama, kami ketemu tempat di mana kami bisa selalu dapat penonton dan uang: satu pasar induk yang cukup besar, dan lingkungan di sekitarnya.Kami pun menyewa satu kamar kontrakan murah di dekat Pasar. Ibukota memang keras. Saya merasa seperti barusan pipis di ranjang Juragan. Ghooh!Mata saya melotot, mulut saya nganga, mungkin lidah saya
