Aku meringis merasai sentuhan kulit jarinya. Kring..!“Mbak Wien, telepon.” kataku.Ia berjalan menuju ruang telepon di sebelah. Bokep HD Tidak terlalu ayu. Aku duduk di belakang, tempat favorit. Shit! Bibirku melumat bibirnya.“Jangan di sini Sayang..!” katanya manja lalu melepaskan sergapanku. Masih ada esok. Aku tidak dapat lagi memandanginya.Kantorku sudah terlewat. Aku makin membenamkan wajah di atas tulisan majalah.“Halo..!” suara itu mengagetkanku. Tetapi sejak tadi aku tidak melihat wanita yang lehernya berkeringat yang tadi mengerlingkan mata ke arahku. Membuang napas. Sial. Aku mengikutinya. Ke bawah: Tidak. Auhh aku mau keluar ah.., Yang tolloong..!” dia mendesah keras.Lalu ia bangkit dan pergi secepatnya.“Yang.., cepat-cepat berkemas. Betulkan, ia tidak akan datang begitu saja. Mbak Wien merapihkan pakaiannya lalu pergi menjawab telepon. Untung ada tissue yang tercecer, sehingga ada alasan buat Wien.Ia mengambil tissue itu, sambil mendengar kabar gembira dari wanita yang menunggu telepon. Bodoh, bodoh, bodoh. Aroma asli seorang wanita. Sekarang hitung penumpang angkot dan supir.
