“Bagaimana. Bokep Thailand Sutinah duduk di sisiku dan memegang kontolku. Maklumlah, selama ini hanya ada mereka berdua, sebelum adik Suti laghir,” kata ibuku dengan sedikit bangga atau dibangga-banggakan. Aku hanya tertunduak saja, saat keduanya dibawa ke rumah kepala desa. Jangan sampai ibu dan ayah mengetahuinya. Akhirnya kami mengarahkan perahu ke rimbunnya pohon-pohon bakau seperti sebuah teluk kecil. TBC, kata orang-orang. Sutinah diam dan kembali mendesah-desah. Tak mungkin Sutinah berani pipis di mulutku, pikirku. Aku minta dia menikmatinya. Pertama Amir, kedua orangtuanya, ayahku dan terakhir aku. Ayah dibawa naik ambulance militer dengan sirene meraung-raung. “Mas..” katanya. Tak ingin aku membangunkan Suti. Dan ibu histeris dengan lenguhannya yang kuat dan memelukku kuat sekali. AKu suaminya dan kamu isterinya?” kataku pula mengikuti ucapannya.




















