Ini memberiku kesempatan untuk mengerem nafsuku yang tadi hampir meledak. “Bukain,” Aku balik memerintah. Bokepindo “Mas termasuk kuat, lho.”
Ah, ini sih basa-basi standar seorang profesional. “Eh…bentar dong Mas,” elaknya ramah. Hanya sebentar, dilepas lagi dan mulai menjilati dari pangkalnya lagi. Sampai di pangkal pahaku, entah sengaja atau tidak, jempol tangannya menyentuh-nyentuh biji pelirku. Pelukan kuperkuat, tangan kiriku turun meremas pantatnya. Buah dada kanannya nyaris sempurna, bulat, besar, dengan puting coklat yang kecil. Hanya dia satu-satunya yang pake gaun menutupi dada tapi membuka kedua bahunya. Anda sudah tahu. Bukannya kecil sih, masih punya belahan. “Telungkup dong Mas.”
Aku membalik tubuhku. Aku berhasil menahan diri. Dadanya? “Mas termasuk kuat, lho.”
Ah, ini sih basa-basi standar seorang profesional. Ada yang lagi ngobrol, ada yang berdiri di depan cermin mematut dandanannya. Awalnya, informasi minim yang Aku dapatkan dari seorang kawan yang tinggal di Jakarta tentang massage service (lebih tepat dibilang sex service, sebetulnya) di suatu tempat di Bandung (busyet, dia yang tinggal di Jakarta malah lebih tahu dari Aku, dasar Aku masih hijau!)
“Namanya
