Untuk itu aku memeluk Mbak Nida, menciumi bibirnya dan membelai rambutnya pelan. Aku hanya tersenyum, berarti selangkah lagi keinginanku tercapai.Hari ini selasa, sesuai pre-diksiku, Mas Arif pagi-pagi sudah berangkat, dan sekitar jam 11.00 siang baru pulang.Aku menuju ke kamarnya, lalu mengetuk pintu,
“Assalamu’alaikum” aku mem-beri salam. Vidio Sex “Ini ada hadiah dari saya, saya mau memberikan kemarin tetapi lupa” kataku sambil menunjukkan bungkusan Vcd itu. Mbak Nida tampak cantik sekali.“Bagaimana Mas, tadi ?” ta-nyaku
“Oh…nanti saya disuruh ke sana lagi, besok untuk test wawancara”
“Alhamdulillah, tak do’ain supa-ya berhasil”
“Terima kasih”Setelah berbasa – basi cukup lama, akupun permisi. Tetapi aku tidak berhenti sampai di situ saja. Kini sama seperti suaminya, Mbak Nida hanya bersinglet dan bercelana dalam. Kulihat pahanya, putih dan mulus sekali.Kemudian mendadak Mas Arif mengeluarkan penisnya dari celana dalamnya.“Kecil sekali, dibandingkan punyaku,” kataku dalam hati melihat penis Mas Arif.Mas Arifpun langsung meng-himpit Mbak Nida, tampaknya Mas Arif akan mempenetrasi Mbak Nida. Aku kaget, “ternyata ia marah”, pikirku. Lalu dengan langkah pasti aku melangkah ke tetangga sebelahku, Mbak Nida yang sedang
>