Eksanti meminta maaf sebelumnya, karena kesibukannya hari itu tidak memungkinkan baginya untuk pulang dari kantor lebih awal. Aku memandang nakal ke arah payudaranya sambil tersenyum. XNXX Bokep biasalah, kamu juga pasti tahu”, jawabku sambil tertunduk.Tiba-tiba dia memegang tanganku. aku akan bertanggung jawab, Santi”, setelah itu aku memeluknya lagi. Blazer kerjanya telah ia lepas, dan ditenteng bersama tas kerjanya. Saat itu juga aku merasa hampir saja memuntahkan cairan hangat dari ujung kejantananku yang hampir meledak. Mata Eksanti tidak berkedip sekejap pun membalas tatapan mataku. Telapak tanganku terus membelai dan meremasi setiap lekuk dan tonjolan tubuh Eksanti. Masih di bawah guyuran air yang mengalir dari shower, aku menangkap lengannya, lalu memandang tajam ke arahnya. Hingga pukul 5 sore, seperti waktu yang telah kami sepakati kemarin, aku sedang menanti-nanti telepon dari Eksanti. “Aku ingin mandi bersamamu, Mas,.. plash.. Aku nggak munafik, Mas. Dalam hati aku tersenyum dengan kalimat “ingin membantu..” yang diucapkannya. Tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil, justru yang seperti ini yang paling indah menurutku.




















