Bukan dia saja yang menginginkan seorang bayi.“Aku juga menginginkannya, Ma.” teriakku pelan pada bantal yang sudah separuh basah.Dengan mata sembab, kuangkat telepon yang berdering kencang di ruang tengah. Bokep Thailand Kebisuan yang ganjil dengan cepat beredar diantara kami.“Ayo, katanya udah siap?” tagihku melihat kediamannya.Bibir mas Danu kembali bergerak-gerak… lalu lagi-lagi terdiam. Mama ini sudah tua, Nduk, sudah pengen gendong cucu.”Aku mendesah mengelus dada, selalu alasan yang sama, dan selalu bisa membuatku menangis dalam hati.“Mungkin memang belum rejekinya, Ma.” lirihku. Kusandarkan kepalaku di dadanya yang bidang. “Yang bercanda itu!” sahutnya sambil nyengir. Dengan begitu eksotis kami saling mengulum, menjilat dan bertukar air liur. Dia kelihatan baik. Cukup lama keduanya saling lumat, sebelum akhirnya Sita menyorongkan payudara kanannya ke mulut laki-laki itu, meminta untuk dihisap dan dilumat. Memekku terasa gatal sekali.Bang Irul pun menuruti kata-kata istrinya.




















