“Nggak apa-apa Mbak, cuma mikir kerjaan besok”, jawabku santai. Bokep Family Dengan serta merta ditariknya celana pendek dan celana dalamku sekaligus disertai hembusan nafas beratnya yang makin menggebu. Setelah agak nyaman, kuberi pinggulku dorongan maju-mundur yang semakin cepat.Tangan kiriku yang bebas meremas kedua payudaranya bergantian. “Rugi!”, jawabku singkat dengan bergurau tanpa kupikir akibatnya. Kucoba berputar-putar di sekitar teras. “Mbak, pria yang duduk disana ada yang ngelihatin Mbak terus, sepertinya naksir, mau kukenalkan Mbak”, kataku sambil menghabiskan roti bakarku. Rupanya Iswani punya pikiran yang sama denganku. “Kenapa nggak mikir aku saja?”, tanyanya dengan senyum genit. Kulihat waktu masih menunjukkan pukul 3 pagi lebih sedikit. Gesekkan tempurung lutut pada bagian depan celana dalamnya ternyata sangat merangsangnya hingga melepas kuluman pada ujung batang kemaluanku. Beberapa data yang masih kurang demi kelengkapan data kucatat dalam jurnal kerjaku. “Kenapa nggak mikir aku saja?”, tanyanya dengan senyum genit. “Kenapa Mbak mau dimadu?”, tanyaku tambah penasaran. “Enak saja, aku yang rugi Mbak, perusahaan tidak mengasuransikanku dari cubitan”, kataku serius.Tak lama kemudian pesanan kami datang.




















