Cairan kental itu mengalir ke bawah dan Pak Pardi kembali memelukku serta kembali menggesekkan kontolnya sembari ia mengatur nafasnya yang terengah-engah.Kami akhirnya sudah mendapatkan kesadaran, dan dengan tubuh bugil berjalan ke arah pancuran untuk membersihkan tubuh dan sisa-sisa sperma.“Pak, kapan kita bisa ngocok bareng Atin?” tanyaku. Kulirik ke arah Pak Pardi dan dia juga menatapku tapi tanpa ekspresi. Bokep Montok Pak Pardi kemudian naik ke atas, dan saat itu kepala kontol Pak Pardi menyembul dari sisi samping celana kolornya, dan karena celana kolornya basah, tercetak jelas bagian rahasia Pak Pardi.“Pak, kepalanya keluar tuh,” ujarku sambil tertawa. Setelah beberapa lama, dia turun ke kolam dan air kolam setengah pinggang membasahi tubuhnya. “Oh makasih Mas,” katanya dengan mimik bingung akan ditaruh dimana amplop itu. “Kamu suka ngocok,” tanyanya kemudian. “Yah kalo Mas Win mau, besok juga bisa disini” jawab Pak Pardi sambil tersenyum. Aku buat gerakan mengocok seperti aku biasa mengocok kontolku dan Pak Pardi juga sangat menikmatinya, terbukti dia terus memaju mundurkan badannya.Tiba-tiba aku lepas genggamanku dari kontolnya, dan




















